Jumat, 15 April 2016

ABDUL RAZAK



    
    
kisah nyata anak pinggiran

Hidup itu penuh tantangan ( Edisi 14-4-2016)

Mengawali karier dari  sebuah Pulau Kecil sebelah Utara Pulau Sumbawa, Tepatnya Desa Bugis Medang dari  Setap rendahan kaur Umum pada Tahun 1995  sampai dengan Tahun 1998  dengan Gaji hanya Rp 30,000 per bulan pada Jaman Pemerintahan Kepala Desa H. Pagala Alwi dengan sekdesnya Syamsuddin.    Waktu aku masuk menjadi setap hidupku masih membujang  dengan berharap hanya sekedar mencari Pengalaman di kampong sendiri dan berniat ingin mencurahkan segala hidup dan tenaga demi masyarakat yang waktu itu sangat ketinggalan dalam keterbatasan Ilmu dan Pengetahuannya.

Jangan salahkan tuhan jika anda sedang diuji olehnya.
Karena tu ujian semua yang  nyata  ….???
Baru pada Tahun 1995 aku mulai menikah dengan salah seorang Gadis pilhan Orang Tua ( Dawiah namanya dengan cara dijodohkan ), Maklum orang Tuaku  Galak dan tak mengenal Kompromi Nama Ayah  DG. ADAM dengan Ibu Bungalang. Bila keinginnanya tidak dituruti maka aku diusirnya dari rumah,  Demi memenuhi keinginan orang tua terpaksa aku menikah dengan gadis pilihan ayah tersebut yang walaupuna aku sudah menolaknya dengan  berbagai alasan karena dari segi ekonomi keadaan Istri aku waktu itu sangat berbanding terbalik dengan kehidupannku. Kehidupan Istriku serba ada sedangkana aku hanyalah Orang pas-pasan. Pernikahanku hanya berumur 7 ( tujuh ) bulan saja lamanya karena istriku selalu marah dan tidak pernah merasa bahagia menikah denganku yang dari keluarga tidak mampu. Aku sadar dan tak dapat berbuat banyak maklum antara minyak dan air tak mungiun bisa bersatu.
Akhirnya nasib tak dapat dirubah lagi pernikahan terpaksa berkhir di meja Hijau. Bagiku ini adalah pilihan yang terbaik daripada hidup dalam buih yang selalu berteman dengan pertengkaran  setiap harinya. Jadi waktu itu aku hamprr tidak merasakan bagaimana indahnya, mesrahnya, romantisnya  hidup Pengantin Baru seperti orang-orang yang hidupnya serba ada.
            Setahun kemudian ( Tahun 1996 ) setelah cukup lama menduda aku selalu membanting tulang mencari Uang dengan keringatku sendiri, yaitu bertani menanm rumput laut ( jenis Katoni ) dengan dibantu dari sebuah perusahaan sebagai bapak angkat memberiku pinjaman tali dan bibit waktu itu ( Nama Perusahaan Sumber Daya Laut ) Aku bertekad harus bangkit dari keterpurukan, dan membuktikan kepada semua orang bahwa hidup ini harus ditantang dengan kerja keras tanpa kenal lelah, meski panas matahri selalu membakar kulitku setiap harinya. Akhirnya Tuhan mendengar Do’a hambnaya yang membutuhkan pertolongan. Rejekiku waktu itu sungguh luar biasa, setiap Panen rumput Laut Jutaan Rupiah selalu mengalir dalam kantong.
Tgl 07-1- 1996 aku menemukan  lagi Gadis Pilihan hatiku sendiri ( Diana namanya ). Gadis Desa ini  pada awalnya memang yang aku Cintai sebelum aku menikah dulu. Orangnya memang Cantik Pujaan para jejaka di Desaku pada waktu itu, aku terus berjuang untuk mendapatkan lagi Cintanya meski harus bersaing dengan para lelaki bujangan lainnya. Awalnya aku ragu juga takut kalua cintaku ditolak maklum  duda dengan gadis terdapat perbedaan setatus sosial yang berbeda. Dengan berbagai rayuan malai kumainkan bak rayuan Romi dan Juliet  yang hidup dalam kedamaian cinta sepanjang masa.
Singkat cerita Tanggal 01 – 7 – 1996 Kami menikah dengan mendapatkan restu keluarga  sahabat dan jiran tetangga. Kami hidup sangat bahagia meski  juga tetap dalam keadaan apa adanya. Maklum keadaan Istriku dan aku hampir tidak jauh beda ( hidup pas-pasan ). Pada masa inilah kami baru mencoba membangun sebuah Rumah tangga baru dengan membuat Rumah Panggunang sangat sederhana yang penting bisa  bernaung dari Panas Teriknya matahari dan hujan untuk mewujudkan keluarga Zakina, Mawaddah dan warrahmah. Tepatnya Tanggal 03 Oktober 1997  Istriku melahirkan Anaknya yang pertama dengan selamat, hasil karya bersama dengan baik dengan jenis kelamin Cewek ( Riana Namanya ). Seminggu setelah melahirkan Istriku Pendarahan dan pada waktu itu tidak ada petugas kesehatan di desaku maklum musim barat dan jauh dari sarana kesehatan, kendaraan lautpun tidak ada yang melaut.  Tanggal 03 Nopember 1997 Istriku Diana harus menghadap Allah SWT untuk selamanya dengan meninggalkan buah hatinya Riana kepadaku dengan bisikan lembut bibirnya dia berpesan ‘ Selamatkan Anakku Rawat dan Besarkan Dengan Kasih Sayang ‘ Kemudian Aku menjawabnya  dalam melepas kepergian isriku yaitu : Selamat Jalan Sayang Semoga Allah Selalu Melindungimu Dengan  Rahmatnya. Amiin………??
Menduda lagi – menduda lagi itulah jalan Allah telah takdirkan padaku, yang walaupun dengan beratnya tanggung jawab harus kuterima dengan Ikhlas. Karena memang semua yang ada di Dunia ini adalah sifatnya Fanah dan tak ada yang kekal melekat pada kita untuk selamanya. Kembali lagi  orang yang kucintai pergi dan pergi serta tak mungkin kembali lagi. ‘ Jangan salahkan Tuhan Jika anda sedang diuji Olenya ‘ karena sesunggunya itu adalah ujian yang nyata.
       Tantangan kembali menghadang untuk ketiga kalinya dalam hidup untuk mencapai sebuah Rumah Tangga yang kuimpikan. Kepingin rasanya berlari sejauh-jauhnya untuk menenangkan hati yang kering dari rasa  rindu dan kasih sayang seperti biasa. Belum hilang rasanya hati ini menderita kini datang lagi yang kedua dengan tangisan anak kecil yang menggelegar meminta dan mengharap kasih sayang ibunya. Aku tak tau lagi apa yang harus kulakukan agar jangan terjadi lagi kesalahan dalam hidup yang penuh derita ini. Kembali kucoba lagi bangkit dan berjalan mengarungi hidup dengan semboyan jangan pernah berhenti berjuang sebelum sukses di raih, karena sesunggunya di balik Ujian itu ada hikmah yang Allah janjikan kepada kita sebuah rahmat yang tak terhingga balasannya..Setelah Setahun lagi menduda kembali yang Ketiga kalinya aku menemukan Gadis pilihan hati Saudara-saudaraku untuk dijadikan sebagai pendamping Hidupku kali ini. 



                                                      BERSAMBUNG